Kamis, 08 Oktober 2015

08-10-15

Akhirnya hari ini datang juga. Hari dimana aku tahu bahwa kisah kita hanya ada aku dan kamu tanpa pernah jadi kita.

Sungguh, sampai hari ini pun aku masih belum bisa menerima kenyataan yang terjadi. Tidak ada lagi mimpi-mimpi. Tidak ada lagi yang ingin kutuju. Pada hari ini seseorang telah mati. Dan kufikir tidak akan ada lagi yang membuat hari jadi cerah. Ketika matahari padam, masihkah kau menantikan pagi?

Aku tidak tahu. Karena aku tidak pernah mempersiapkan diri untuk ini. Yang ada dikepalaku dari saban waktu hanyalah satu, bahwa suatu saat nanti, kita akan bersama, bergandeng tangan berdua menikmati senja yang datang perlahan, kemudian menikmati kopi kita berdua. Lalu berharap waktu berhenti. Tidak menjadi tua, dan tidak juga kembali muda. Kita hanya bicara, bercerita, tentang kita berdua kemudian merasa cukup dengan itu saja.

Tapi ketika senja membawa mimpi dan cita-cita itu serta, maka di sinilah aku sendiri. Menunggu malam tanpa pagi. Percaya bahwa kesunyian ini adalah teman yang lebih baik dari harapan-harapan yang hilang.

Jumat, 20 Maret 2015

21-03-15

Selalu ada yang bikin aku takut untuk keluar rumah dan berjalan entah kemana. Aku tidak pernah takut pada kesendirian. Justru yang aku takut adalah kenyataan bahwa kamu tidak lagi sendirian.

Lucu membayangkan kita sekarang seperti orang asing. Memang sih seperti kata Pidi Baiq, "Apalah yang harus dirisaukan dengan jarak? Bukankah itu hanya sebuah pohon?" Tapi ketika terbentang jarak ketika dimana seharusnya engkau bisa untuk tidak berjarak, maka kau pantas takut untuk itu.

Hidup tidak menwarkan banyak hal untuk kita. Kamu terkadang tidak cukup menyenangkan, tapi aku terlanjur mencintaimu, mau bagaimana lagi? Bukan sebuah keterpaksaan. Tapi lebih kepada sesuatu yang tak bisa aku elakkan. Jatuh cinta padamu sesuatu yang ditakdirkan, bukan sesuatu yang dipaksakan.

Aku ingin percaya bahwa takdir tidak akan pernah tidak menyenangkan untuk siapa saja yang menjalaninya. Namun, hari-hari tanpamu tetap saja tidak menyenangkan untuk dijalani. Mungkin saja karena aku belum terbiasa. Atau aku tidak sepenuh percaya pada takdir. Mungkin jawabannya yang pertama, namun aku tidak bisa menyangkal yang kedua.

Kamis, 12 Maret 2015

13-03-15

Aku tidak thau kenapa begini...

Kupikir aku sudah cukup dewasa berhadapan dengan urusan cinta-cintaan. Ternyata tidak juga. Ketika cinta berjalan tak seperti harapan, aku ternyata bisa sekacau ini. Apa mungkin karena aku terlalu cinta ya?

Aku heran, kenapa aku tidak mampu mengamalkan petuah-petuah cinta yang aku pelajari kemarin-kemarin. Aku sudah tahu panjang lebar bagaimana harusnya aku mendekati seorang perempuan seperti kamu, tapi bertemu denganmu, semua ilmu itu luntur dari kepala. Aku tidak tahu apa pesona yang kau miliki sampai membuat aku seperti ini.

Hari ini aku merasa aku akan kehilangan kamu. Meski kau selalu bilang "Kita nggak tahu kedepannya," tapi tetap saja semua terasa tidak mudah.

Catatan ini aku buat untuk temanku melewati hari-hariku tanpa kamu. Jangan bilang aku cengeng, aku cuma kesulitan percaya bahwa ternyata mendapatkan kamu ternyata sesulit ini.